Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat batas antar ruang dan waktu menjadi sempit. Keadaan ini memunculkan perubahan kebiasaan masyarakat dari berbagai belahan dunia di berbagai aktivitas. Salah satunya adalah penggunaan media sosial yang masif. Kita tahu bagaimana keseharian masyarakat tidak bisa dilepaskan dari aktivitas di media sosial seolah-olah menciptakan ruang publik dalam wadah virtual. Ruang publik atau dikenal sebaga public sphere, diartikan oleh Habermas (1991) sebagai ruang terjadinya berbagai diskusi dan debat publik tentang suatu isu yang berkaitan dengan publik, setiap individu mempunyai bagian yang sama dalam berpendapat tanpa adanya intervensi dari pihak lain.
Dari pengertian itu, jika dihubungkan dengan fenomena masa kini, media sosial telah menjelma menjadi ruang publik dengan berbagai aktivitas, seperti bertukar pikiran, berbagi informasi, bahkan membentuk identitas untuk menarik atensi publik. Namun, tidak adanya batasan tentang hal itu sering kali membawa masalah berkaitan dengan etika. Sama halnya ketika kita berinteraksi secara langsung, etika haruslah dianggap sebagai suatu hal yang penting. Semakin lunturnya etika komunikasi akan memunculkan potensi penggunaan media sosial yang keliru, seperti ujaran kebencian dan penyebaran privasi orang lain. Maka, etika komunikasi digital menjadi pondasi penting dalam membangun interaksi sehat.
Apa Itu Etika Komunikasi Digital?
Secara sederhana, etika adalah aturan atau pedoman untuk melakukan segala sesuatu. Dalam konteks komunikasi, etika ini merupakan sebuah pedoman yang mengatur bagaimana seseorang berkomunikasi. Sebagai contoh, kita selalu melihat interaksi yang dilakukan oleh orang tua dan anak. Seorang anak haruslah menjaga sopan santun kepada orang tua, karena hal ini merupakan bentuk norma yang diyakini oleh masyakarat kita. Selain itu, sopan santun tidak hanya dilakukan dalam konteks hubungan keluarga saja, namun sebagai bagian dari masyarakat, menjunjung tinggi sopan santun kepada siapapun merupakan salah satu etika yang seharusnya dilakukan oleh seseorang. Sama halnya ketika kita melakukan interaksi melalui ruang digital media sosial, etika itu juga berlaku seperti ketika mereka bertemu di kehidupan nyata. Secara sederhana, prinsip dasar etika ini dapat mencakup, antara lain:
Kejujuran, seseorang tidak boleh menyebarkan informasi palsu.
Tanggung jawab, menyadari konsekuensi dari setiap kata yang dipublikasikan.
Respek, selalu menghormati orang lain meskipun berbeda pendapat.
Mengapa Etika Digital Penting?
Komunikasi digital tidak terlepas dari jejak digital. Setiap komentar, unggahan, atau pesan bisa direkam dan berdampak jangka panjang. Ketika seseorang melanggar etika, efeknya bisa lebih luas daripada sekadar percakapan biasa. Contohnya:
Sebuah komentar negatif di media sosial bisa menyulut konflik besar.
Penyebaran foto pribadi tanpa izin dapat merusak reputasi seseorang.
Diskusi politik tanpa etika bisa berakhir dengan polarisasi masyarakat.
Cara Menjaga Etika dalam Komunikasi Online
Untuk menciptakan interaksi digital yang sehat, ada beberapa langkah sederhana:
Berpikir sebelum mengetik: Pastikan pesan yang ditulis tidak menyinggung pihak lain.
Gunakan sumber terpercaya: Jangan mudah membagikan informasi yang belum diverifikasi.
Pisahkan opini dan fakta: Opini boleh subjektif, tapi fakta harus tetap objektif.
Hargai privasi: Jangan membagikan data pribadi orang lain tanpa izin.
Etika komunikasi digital bukan sekadar aturan tertulis, melainkan sikap yang harus dibangun setiap individu. Dengan mempraktikkannya, media sosial bisa menjadi ruang diskusi yang sehat, informatif, dan bermanfaat bagi banyak orang. Pada akhirnya, kualitas komunikasi digital kita mencerminkan kualitas diri sebagai pengguna dunia maya.